Budidaya Singkong

No Comments

Budidaya Singkong

Budidaya Singkong

Budidaya Singkong / Ketela Pohon. Ketela pohon atau singkong merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu, singkong atau kasape. Singkong menjadi salah satu jenis tanaman dan umbi-umbian yang cukup menarik untuk dikonsumsi. Budidaya singkong sangatlah mudah dan hampir semua orang pasti sudah tahu caranya. Mengingat saat ini menjadi peluang yang  begitu tinggi, apalagi mereka para pengusaha begitu inovatif dan kreatif maka tidak ada salahnya kita untuk belajar bagaimana cara Budidaya Singkong singkong ini.

Persiapan Budidaya Singkong:
  • Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.
  • Pengukuran PH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan atau cairan pH tester.
  • Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan harga saat panen dan pasar.
  • Penetapan jadwal / waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman lainnya (tumpang sari), sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman sejenis.
Cara Tanam Budidaya Singkong
  1. Penanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang digunakan pada pola monokulturan adalah 80 x 120 cm.
  2. Sebelum bibit ditanam disarankan agar bibit direndam terlebih dahulu dengan pupuk hayati SOT HCS yang telah dicampur dengan air selama 3-4 jam. Setelah itu baru dilakukan penanaman di lahan, hal ini sangat bagus untuk pertumbuhan dari bibit.
  3. Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek Ketela Pohon, kemudian tanamlah sedalam 5 – 10 cm atau kurang lebih 1/3 bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam saja.
Penggunaan Bibit Unggul Budidaya Singkong
Setek untuk bibit tanaman adalah varietas UJ-5 yang diambil dari tanaman yang berumur lebih dari 8 bulan. Jumlah bibit per hektar dengan sistem tanam double row adalah 11.700 tanaman. Panjang setek yang digunakan adalah 20 cm.
Pengolahan Tanah Budidaya Singkong
Tanah diolah sedalam 25 cm dapat dilakukan dengan mencangkul, membajak dengan ternak dan traktor. Dibuat guludan atau bedengan dengan jarak ganda (double row) yaitu 80 cm dan 160 cm.
Sistem Tanam
Sistem atau cara tanam double row adalah membuat baris ganda (double row) yakni jarak antar barisan 160 cm dan 80 cm, sedangkan jarak di dalam barisan sama yakni 80 cm. Sehingga jarak tanam  baris pertama 160 cm x 80 cm dan baris kedua 80 cm x 80 cm. Penjarangan barisan ini ditujukan agar tanaman lebih banyak mendapatkan sinar matahari untuk proses fotosintesa, sehingga pembentukan zat pati di umbi lebih banyak dan ukuran umbi besar-besar. Selain itu, di antara barisan berukuran 160 cm dapat ditanami jagung dan kacang-kacangan untuk meningkatkan pendapatan petani. Keuntungan lain dari sistem tanam  double row adalah jumlah bibit yang digunakan lebih sedikit yakni 11.700 tanaman dibandingkan dengan sistem tanam  biasa dengan jumlah bibit 17.800 tanaman.
Pemupukan
Dosis pemupukan per ha yang dianjurkan adalah : 200 kg urea +150 kg SP 36 + 100 kg KCl dan 5 ton pupuk kandang. Pada musim tanam berikutnya dosis pupuk kandang dikurangi menjadi 3 ton/ha. Pemupukan urea dilakukan 2 kali yakni pada umur 1 bulan dan 3 bulan, sedangkan SP36 dan KCl diberikan 1 kali pada umur 1 bulan setelah tanam. Pemberian pupuk kandang dilakukan pada sekitar perakaran pada umur 2 minggu setelah tanam.
Pemeliharaan
Penyiangan pertama dilakukan pada umur 3 minggu sampai 1 bulan setelah tanam. Penyiangan ini dilakukan secara mekanis  menggunakan koret. Sedangkan penyiangan kedua dilakukan pada umur 3 bulan setelah tanam dengan menggunakan herbisida. Penjarangan cabang dilakukan pada umur 1 bulan, dengan jumlah cabang yang dipelihara adalah 2 cabang per tanaman.  Tia
Bagi petani yang terbiasa menanam  ubi kayu, namun ingin mendapatkan tambahan penghasilan dari kacang-kacangan, padi gogo, kedelai, atau jagung, dapat menerapkan budidaya tumpangsari secara baris ganda (double row).
Menurut hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) dengan pengaturan tanam double-row, petani dapat menanam dua kali tanaman kedelai, tanpa mengurangi hasil panenan ubi kayu. Petani bisa lebih cepat mendapat hasil tunai dari panen kedelai sembari menunggu tanaman ubi kayu bisa dipanen.
Sistem budidaya (pola tanam) tumpangsari ubikayu dengan kedelai di lahan kering sudah biasa dilakukan petani di Pulau Jawa. Beberapa keuntungan yang diperoleh petani dari sistem budidaya tumpangsari ini antara lain: 1) ruang kosong antar barisan tanaman muda ubikayu dapat dimanfaatkan untuk menanam tanaman kedelai, 2) petani memperoleh hasil panen dalam waktu singkat (80-85 hari) dari tanaman kedelai; 3) daun kedelai yang rontok dan perakaran kedelai yang membentuk bintil rhizobium menambah kesuburan tanah; 4) produktivitas lahan dan nilai ekonomi usahatani dalam satu tahun meningkat.
Teknik tumpangsari yang direkomendasikan Balitkabi ini menggabungkan tiga macam budidaya, yakni: 1) budidaya monokultur tanaman kedelai pada musim pertama (awal musim hujan), 2) tumpang-sisip dengan penanaman ubi kayu yang diatur secara baris ganda (double-row) (umur kacang tanah 20 hari), 3) budidaya lorong tanaman kedelai di antara ubi kayu pada musim kedua (menjelang akhir musim hujan). Walaupun populasi ubi kayu sedikit lebih rendah dibanding populasi monokultur (sekitar 90%), namun pada penanaman tumpangsari, hasil ubi kayu per pohon lebih tinggi sehingga hasil total lebih tinggi daripada monokultur.
Cara Tanam
Cara penanaman kedelai dan ubi kayu double-row. Pertama, waktu tanam pada awal Musim Hujan Pertama (MH-1). Kedua, kacang tanah ditanam dengan populasi 100% (sebagaimana budidaya monokultur biasa); Ketiga, stek ubi kayu ditanam setelah tanaman kedelai berumur 20 hari;
Keempat, ubi kayu ditanam secara baris ganda dengan jarak tanam (60x70) x 260 cm. Jarak tanam 60 x 70 cm adalah jarak tanam ubi kayu dalam baris ganda, sedangkan 260 cm adalah jarak antar baris ganda ubi kayu (lihat gambar); Kelima, penanaman kedelai kedua akhir MH-2; Keenam, setelah kedelai dipanen, maka tersedia ruang di antara baris ganda ubi kayu selebar 260 cm. Di antara lorong tersebut dapat ditanam kacang-kacangan sebanyak 5 (lima) baris dengan jarak tanam 40 x 15 cm atau 35 x 20 cm. Dengan jarak tanam ini populasi sekitar 70% dari